Kamis, 09 April 2020

Teks Eksposisi Peningkatan Minat Baca

Wawan Setiawan Tirta
Membaca merupakan suatu keharusan yang mendasar untuk membentuk perilaku seorang siswa. Dengan membaca seorang siswa dapat menambah informasi dan memperluas ilmu pengetahuan serta kebudayaan. Tanpa adanya minat, siswa tidak akan tertarik untuk membaca. Meskipun motivasinya sangat kuat, tetapi jika tidak ada minat tentu siswa tidak akan melakukan sesuatu yang dimotivasikan pada kita. Begitu pula dengan minat dalam membaca menduduki tingkat teratas, karena tanpa minat seseorang sukar akan melakukan kegiatan membaca.

Minat membaca adalah sumber motivasi kuat bagi seseorang untuk menganalisa dan mengingat serta mengevaluasi bacaan yang telah dibacanya, yang merupakan pengalaman belajar menggembirakan dan akan mempengaruhi bentuk serta intensitas seseorang dalam menentukan cita-citanya kelak dimasa yang akan datang, hal tersebut juga adalah bagian dari proses pengembangan diri yang harus senantiasa diasah sebab minat membaca tidak diperoleh dari lahir.

Perkembangan Minat Baca dan Kemampuan Baca memang sangat memprihatinkan karena metode yang diberikan terhadap siswa pada umumnya kurang bahkan tidak menyenangkan. Sebagian besar Metode yang ada hanya berorientasi pada hasil bukan pada proses. Rendahnya minat baca siswa menjadikan kebiasaan membaca yang rendah, dan kebiasaan membaca yang rendah ini menjadikan kemampuan membaca rendah.

Untuk memahami teks eksposisi, berikut ini disajikan teks model eksposisi tentang peningkatan minat baca dan pemberantasan buta aksara.
Struktur TeksParagraf
TesisMinat baca masyarakat Indonesia harus ditingkatkan dan buta aksara harus terus diberantas. 
ArgumentasiPeningkatan minat baca perlu dilakukan karena pada masa perkembangan teknologi, masyarakat banyak disuguhi informasi di berbagai media. Media itu harus dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan.

Upaya itu dilakukan karena kita tahu bahwa minat baca masyarakat masih rendah. Bahkan, kemahiran membaca siswa di sekolah, terutama di beberapa sekolah terpencil masih rendah.

Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia pada tahun 2011, penduduk Indonesia yang berumur 10 tahun ke atas yang buta aksara sekitar 17,89 persen dan jumlah tertinggi di Papua sekitar 40,59 persen.

Pada saat ini banyak jenis hiburan, permainan (game) dan tayangan televisi mengalihkan perhatian anak dan orang dewasa dari buku. Di samping itu, sarana buku di berbagai perpustakaan masih kurang jumlahnya dan buku-buku itu kurang bervariasi sehingga anak-anak kurang berminat membaca.

Sementara itu, buku adalah sumber pengetahuan, seperti semboyan “buku jendela ilmu” dan “baca buku, buka dunia”. Dengan membaca buku, kita akan memperoleh pengetahuan. Oleh sebab itu, membaca dapat memperbaiki kehidupan.
PenegasanUntuk itu, usaha peningkatkan minat baca dan pemberantasan buta aksara ini perlu didukung terus sehingga taraf hidup masyarakat dapat meningkat.

Memahami Unsur Kebahasaan
1. Kata Transisi
Transisi adalah kata penghubung kalimat dalam suatu paragraf atau antar paragraf dalam suatu wacana. Transisi dapat diartikan pula sebagai konjungsi yang berguna sebagai kata penghubung antar kalimat.

Jenis – jenis Transisi/Konjungsi
  1. Transisi kelanjutan. Contoh dan, lagi, lalu, serta, lagi pula, bahkan, kemudian, seterusnya, selanjutnya.
  2. Transisi urutan waktu. Contoh : dahulu, kemarin, kini, sementara itu, setahun yang lalu, sekarang, sesudah, setelah, sebelum
  3. Transisi klimaks. Contoh : Paling…,se…nya, ter.
  4. Transisi perbandingan. Contoh : sama dengan, seperti, ibarat, bak, bagaikan, laksana, semisal, seumpama, selayaknya.
  5. Transisi kontras/perlawanan. Contoh : tetapi, namun, tetapi, akan tetapi, namun demikian, biarpun, walaupun, bagaimanapun, sebaliknya
  6. Transisi jarak. Contoh : di sini, di sana, di situ, di samping, di kiri, di kanan, di atas, di belakang, di depan, di bawah, dekat, jauh, sebelah
  7. Transisi ilustrasi. Contoh : umpamanya, misalnya, contohnya, gambarannya
  8. Transisi sebab-akibat. Contoh : karena, sebab, oleh karena itu, akibatnya, sehingga
  9. Transisi kondisi/pengandaian. Contoh : jika, jikalau, andaikata, kalau, seandainya
  10. Transisi simpulan. Contoh : ringkasnya, kesimpulannya, simpulannya, garis besarnya, rangkumannya
Contoh transisi dalam teks eksposisi "Peningkatan Minat Baca dan Pemberantasan Buta Aksara" antara lain sebagai berikut.
  1. Minat baca masyarakat Indonesia harus ditingkatkan dan buta aksara harus terus diberantas.
  2. Peningkatan minat baca perlu dilakukan karena pada masa perkembangan teknologi,
  3. Bahkan, kemahiran membaca siswa di sekolah, terutama di beberapa sekolah terpencil masih rendah
  4. Upaya itu dilakukan karena kita tahu bahwa minat baca masyarakat masih rendah.
  5. Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia pada tahun 2011, penduduk Indonesia yang berumur 10 tahun ke atas yang buta aksara sekitar 17,89 persen dan jumlah tertinggi di Papua sekitar 40,59 persen.
  6. Pada saat ini banyak jenis hiburan, permainan (game) dan tayangan televisi mengalihkan perhatian anak dan orang dewasa dari buku.
  7. Di samping itu, sarana buku di berbagai perpustakaan masih kurang jumlahnya dan buku-buku itu kurang bervariasi sehingga anak-anak kurang berminat membaca.
  8. Sementara itu, buku adalah sumber pengetahuan, seperti semboyan “buku jendela ilmu” dan “baca buku, buka dunia”.
  9. Oleh sebab itu, membaca dapat memperbaiki kehidupan.
  10. Untuk itu, usaha peningkatkan minat baca dan pemberantasan buta aksara ini perlu didukung terus sehingga taraf hidup masyarakat dapat meningkat.

2. Pengulangan Kata
Kata ulang (repetisi) adalah hasil pengulangan kata dasar. Contoh pengulangan kata dalam teks "Peningkatan Minat Baca dan Pemberantasan Buta Aksara" antara lain sebagai berikut.
Di samping itu, sarana buku di berbagai perpustakaan masih kurang jumlahnya dan buku-buku itu kurang bervariasi sehingga anak-anak kurang berminat membaca.
3. Kata Ganti
Kata ganti dipakai untuk menghindari pengulangan. Contoh kata ganti dalam teks "Peningkatan Minat Baca dan Pemberantasan Buta Aksara" antara lain sebagai berikut.
Upaya itu dilakukan karena kita tahu bahwa minat baca masyarakat masih rendah.
4. Kalimat Utama dan Ide Pokok
Pada masa perkembangan teknologi informasi ini, masyarakat makin banyak disuguhi informasi berbagai media. Sarana ini harus dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan. Oleh karena itu, minat baca masyarakat Indonesia harus ditingkatkan dan buta aksara harus terus diberantas.
  1. Kalimat Utama = Pada masa perkembangan teknologi informasi ini, masyarakat makin banyak disuguhi informasi berbagai media.
  2. Ide Pokok = masyarakat makin banyak disuguhi informasi berbagai media.
Upaya itu dilakukan karena kita tahu bahwa minat baca masyarakat masih rendah. Bahkan, kemahiran membaca siswa di sekolah, terutama di beberapa sekolah terpencil masih rendah. Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia pada tahun 2011, penduduk Indonesia yang berumur 10 tahun ke atas yang buta aksara sekitar 17,89 persen dan jumlah tertinggi di Papua sekitar 40,59 persen. Pada saat ini banyak jenis hiburan, permainan (game) dan tayangan televisi mengalihkan perhatian anak dan orang dewasa dari buku. Di samping itu, sarana buku di berbagai perpustakaan masih kurang jumlahnya dan buku itu kurang bervariasi sehingga anak-anak kurang berminat membaca.
  1. Kalimat Utama : Upaya itu dilakukan karena kita tahu bahwa minat baca masyarakat masih rendah.
  2. Ide Pokok : Minat baca masyarakat masih rendah.
Buku adalah sumber pengetahuan, seperti semboyan “buku jendela ilmu” dan “baca buku, buka dunia”. Dengan membaca buku, kita akan memperoleh pengetahuan. Dengan demikian membaca dapat memperbaiki kehidupan. Untuk itu, usaha peningkatkan minat baca dan pemberantasan buta aksara ini perlu didukung terus sehingga taraf hidup masyarakat akan meningkat.
  1. Kalimat Utama = Buku adalah sumber pengetahuan, seperti semboyan "Buku Jendela Ilmu" dan "Baca Buku, Buka Dunia".
  2. Ide Pokok = Buku adalah sumber pengetahuan.